Sembilan Jam Mengejar Matahari Terbit di Puncak Sikunir


Saya bukanlah seorang traveler yang tergila-gila akan momen matahari terbit dan matahari terbenam. Orientasi dan kegemaran traveler bisa saja berbeda satu dengan lainnya. Sah-sah saja kalau mereka pergi ke suatu tempat ke tempat lain demi mengejar matahari terbit atau matahari terbenam katanya pemandangan matahari terbit dan matahari terbenam itu tidak pernah sama antara satu tempat dengan tempat lainnya.

Bukannya saya tidak menyukai momen matahari terbit dan terbenam yah sobat keong. Saya juga terkagum-kagum kok, kalau bisa menyaksikan momen seperti itu. Tapi sekali lagi, itu bukan prioritas utama saya selama saya traveller di gunung, dipantai maupun mengunjungi suatu tempat wisata. Alasan dasar sih, sebenarnya karena saya susah bangun pagi dan jalan pun seperti keong yang lama! Serius loh sobat.

Nah, disini saya akan menceritakan pengalaman #KeongTraveler di daerah dataran tinggi dieng. Salah satu bagian dari wisata alam di dataran tinggi dieng yang sering disebut sebagai salah satu tempat terbaik di Indonesia untuk melihat matahari terbit. Maka dari itu saya penasaran dan kepingin membuktikan secara langsung. Secantik apa sih momen matahari terbit dari atas Puncak Sikunir? 

Sebenarnya saya tidak begitu memprioritaskan untuk mengejar momen tersebut yang saya prioritaskan melihat wisata alam danau tlaga warna, yang konon katanya di tlaga itu kalo kita liat warnanya berbeda-beda yang bikin orang penasaran pengen melihat langsung ke lokasi.

#KeongTraveler kali ini saya mendapatkan ajakan dari teman untuk menemani wisata ke dataran tinggi dieng untuk melihat matahari terbit di puncak sikunir. Dari obrolan lewat pesan singkat (SMS), saya mengiyakan ajakan teman untuk menemani Traveller-nya. Ya, Saya berangkat di bulan Mei 11-2013. Untuk menghemat transportasi saya memutuskan #KeongTraveler kali ini menggunakan kendaraan bermontor. walaupun jarak tempat wisata dari Semarang-Dieng sangat jauh, tidak mengurungkan semangat untuk ber-Traveler.

Perjalanan kami mulai dari semarang pukul 21.00 malam, perjalanan kali ini dengan rute jalur Semarang-Ungaran-Bandungan-Sumowono-Temanggung-Paraan-Wonosobo-Dieng. Di perjalanan kami melewati hutan dan kabut karena daerah yang kami lewati ini di bawah kaki gunung ungaran dan kaki gunung sindoro-sumbing, cuma kendaran kami aja yang melewati jalan itu karena sudah malam. cuaca dingin waktu itu seakan menusuk ketulang saya selama perjalanan.

Tiba di kota wonosobo pukul 02.00 pagi karena perut ini sudah memberontak untuk meminta asupan makan saya memutuskan mencari makan di sekitar kota wonosobo yang pastinya masih searah dengan tujuan awal kita mengejar matahari di puncak sikunir. kita berhenti di sebuah warung makan yang masih buka pagi itu, kami memesan makanan sesuai menu yang di sajikan oleh pedagang. sambil menunggu makanan kita merebahkan badan kita sebentar di warung tersebut.

Makanan yang kita pesan itu pun jadi dan saya makan dengan lahap *Nyam,Nyam,Nyam...sambil makan saya mencari informasi dengan bertanya-tanya kemana tujuan kita ke pedagang tersebut, supaya mendapatkan arah yang tepat dan dapat memperkirakan waktu untuk mengejar sesuatu yang kita cari.

Makan selesai dan informasi yang saya harapkan pun sudah dapat, ternyata perjalanan dari tempat kita berhenti masih 1 1/2 jam untuk mencapai tujuan. mendengar informasi tersebut kita langsung bergegas, dan melaju dengan kencang *brumm,brumm,brumm.. mumpung jalanan sepi. dalam hati saya berharap di tengah perjalanan saya menemukan sumber informasi dari warga setempat tetapi naas, *sobat keong sepanjang perjalanan saya tidak menemukan warga, dan saya melihat jam sudah menunjukan jam 03.00 pagi.

Saya mengandalkan ingatan saya, karena sebelum #TripKeong di tempat yang saya belum pernah kunjungi saya menyempatkan mencari informasi dari *google karena ini sangat berfungsi ketika kita berpergian saat malam sudah menjelang. selain mengandalkan ingatan saya melihat arah petunjuk jalan yang memberitahukan tujuan saya.

Sampailah saya di sebuah gapura desa Sembungan Village sebuah desa tertinggi di dataran tinggi dieng, di mana desa tersebut tempat yang kita tuju, *hmm dalam hati bersyukur akhirnya sampai juga di tempat yang kita tuju dengan medan jalan yang sangat minim penerangan lampu.di desa itu tidak ada kehidupan semua masih terlelap dalam tidurnnya, karena sudah tidak kuat akan dingin pagi itu saya memutuskan mengetuk pintu rumah salah satu warga desa yang berada tepat di ujung desa untuk menitipkan sepeda montor.

Ternyata di rumah itu juga ada wisatawan lokal yang akan bersiap menyambut matahari terbit di puncak gunung sikunir. setelah memarkirkan montor kita di persilahkan masuk sama pemilik rumah untuk sejenak beristirahat dan ngobrol-ngobrol sambil menyedu kopi panas yang di sajikan, dingin-dingin minum kopi panas itu rasanya?... hmmm segar bikin menambah semangat sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak gunung sikunir. *walaupun belum tidur

Pukul 03.30 pagi bulan Mei 12-2013 kita dan rombongan wisata lokal berangkat bersama di antarkan oleh warga setempat sodara Afan untuk menuju puncak gunung sikunir, untuk naik menikmati pemandangan matahari terbit pengunjung di kenakan biaya Rp 4.000,00/orang dan Rp 2.000,00/montor. berhubung saya banyak bicara waktu saat ngobrol-ngobrol bahasa gaulnya *nyepik-nyepik hhi. di rumah warga saya tidak di kenakan biaya sepeserpun buat menikmati pemandangan matahari tersebut, alhamdulilah... irit Rp 6.000,00.hhi...

Dari tempat saya menitipkan sepeda montor jarak kepuncak sekitar 800 meter Nafas mulai terasa berat. Saya pun ngos-ngosan! Gila ini, sudah seharian mengendarain montor belum istirahat eh langsung disuruh kerja ekstra naik-naik ke puncak gunung...*eh bukit ding. Di sepanjang rute terlihat papan penunjuk jalan informatif yang menunjukkan berapa meter lagi menuju puncak. 500 meter...300 meter...ah masih berapa lama lagi? duarr. 200 meter lagi dan akhirnya saudara-saudari sampailah saya di Puncak Sikunir! Alhamdulillah. Saya pun menata nafas yang nampak kacau seperti mesin diesel tua. Tarik nafas...keluarkan...tarik nafas...keluarkan...minum air...dan akhirnya nafas saya pun kembali normal. Hore! Pagi itu, Puncak Sikunir tidak hanya kedatangan kami saja. Telah ada beberapa pendaki lain yang sudah sampai duluan. Ada yang datang berpasangan, bareng keluarga atau bersama teman. Bahkan di atas Puncak Sikunir ada pedagang yang berjualan pop mie rebus dan kopi hangatm loh.

Sambil melihat matahari terbit hanya foto saya yang bisa berbicara.....





Nah setelah puas menikmati matahari terbit di puncak gunung sikunir, jam 08.00 kita memutuskan turun dan melanjutkan perjalanan ke telaga warna. Akhirnya saya keturutan juga ke telaga warna ternyata di telaga warna hanya terdapat dua warna hijau dan biru setelah saya bertanya-tanya ke petugas ternyata warna telaga itu akan tampak berwarna warni pada musim tertentu.

Di telaga warna ada salah satu pohon yang tumbang dan di kerubutin pengunjung buat foto-foto disana pohon tumbang itu layaknya artis di kerubutin banyak orang. pada tahu kenapa?....soalnya pohon itu banyak orang yang berfoto-foto jadinya saya ikut foto disana eh ternyata setelah saya telusuri dan saya tanya-tanya ke pengunjung yang lagi antri foto di pohon itu, ternyata pohon itu sering dipakai tempat suting di sebuah televisi lokal. katanya klo belum foto di situ belum afdol. soalnya pohon itu menjadi maskot wisata telaga warna di dieng. 

Sambil melihat pemandangan telaga warna hanya foto saya yang bisa berbicara....






Setelah puas menikmati pemandangan telaga warna kita memutuskan untuk pulang, sebelum pulang belum afdol klo belum #KulinerKeong dimana kuliner keong itu wajib mencoba makanan khas daerah sana berhubung di daerah dieng terkenal dengan Mie Ongklok, kami makan siang di situ. O ya mie ongklok itu sejenis mie rebus yang disajikan dengan kuah kental yang berbumbu ebi (sejenis udang kecil) dan di atasnya disiram sambal kacang, dan terakhir ditaburi bawang goreng. Sebagai pelengkapnya Mie Ongklok biasa disantap dengan sate sapi atau sate ayam. Rasanya….?hm…lezat pastinya, dan membuat ketagihan yang pernah mencobanya. selengkapnya tentang kuliner "Mie Ongklok" bisa dibaca disini


Setelah makan siang kami memutuskan langsung pulang ke Gubuk Keong #Semarang Nah, disini dulu cerita #MingguNgeong



Kali ini yang saya petik dari #MingguNgeong yakni pelajaran jauh bukan tentang menaklukkan tujuan, tapi tentang bagaimana kita memaknai setiap langkah yang kita ayunkan untuk mencapai tujuan

Peta wisata kabupaten Wonosobo


10 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Mas, telaga warna yang sekarang kok jadi kering ya? Kemaren sempat ke sana dan ahhh... agak kecewa juga sih, tapi sikunir keren deh...

    ReplyDelete
  3. wah belum sempet ke sikunir saya, sayang seklai... jadi kepengin ke sikunir saya

    ReplyDelete
  4. infonya sangat membantu...bulan ini rencana bareng klg trip ke sana...thx kawan

    ReplyDelete
  5. infonya sangat membantu...bulan ini rencana bareng klg trip ke sana...thx kawan

    ReplyDelete