Wahai Orang Fakir Oleh-Oleh

Halo sahabat keong, bagaimana bulan ini sudah trip kemana? Atau ada rencana mau ngetrip? Kalo ada rencana kasih komentar dong disini. Berapa orang sih yang tau kegiatan sahabat saat trip? Dan berapa banyak orang fakir, yang meminta oleh-oleh ketika tau kalo sahabat mau liburan? Banyak kan pastinya orang fakir. Saya juga tidak tau orang fakir oleh-oleh itu munculnya dari mana. Udah kayak pribahasa aja “Ada gula ada semut. Ada orang yang suka jalan-jalan ada juga orang yang hobinya meminta oleh-oleh” Nah sahabat disini saya akan menceritakan kegelisahan saya ketika saya liburan dan banyak orang fakir oleh-oleh, yuk langsung aja simak ceritanya.


“Ndut, kamu mau ngetrip ke luar kota atau mau pulang kampung?”
“Kata siapa?” *pasang muka sepolos mungkin*
“Ahh jangan berpura-pura gitu ndut. Kamu masih temen kan sama saya? Jangan lupa bawa oleh-oleh ya. Oh ya saya nitip dong bilikan sesuatu ya ” *titipanya dari A-Z*
“saya langsung bilang ke temen saya Nyetttt kapan ada waktu kosong kita lari-lari yuk di lapangan sampai kalian sadar fakir Oleh-oleh itu tidak pantas hidup”

Seakan-akan kata jangan lupa oleh-oleh selalu terlontar pada mulut temen-temen saya ketika ada yang mau liburan atau pulang kampung. Heran saya, orang saya jalan-jalan pakai uang sendiri dan pakai jatah cuti sendiri tapi mengapa kalo tidak membawa oleh-oleh teman saya pada marah semua pada bilang pelit lah "emang monyet teman-teman seperti ini". kenapa saya jarang membelikan oleh-oleh nah disini saya akan paparkan. 
  • Oleh-oleh Bukanlah Sebuah Kewajiban  
Sejak kapan sih sahabat oleh-oleh ini menjadi tradisi di Indonesia? ada yang tau asal mu asal ketika seseorang yang pergi ke kota lain diharapkan ketika pulang membawa oleh-oleh. Saya beritahu ya namanya kewajiban itu bukan memberikan oleh-oleh sahabat, melainkan kita diwajibkan membayar utang, berbakti pada kepada orang tua, dan wajib beribadah sesuai agamanya masing-masing.

Menurut saya jika meberikan oleh-oleh menjadi kewajiban ber-arti boleh saya mendapat ganti ya dong bukan begitu sahabat? tapi sayang ketika saya memberi oleh-oleh cuma diberikan ucapan terimakasih doang kadang ada temen yang bilang "Cuma Ini doang" dalam hati nyet untung saya bawakan oleh-oleh masih aja bilang cuma ini doang. gak ada otak kali ya, yang bilang begitu.

  • Terbatasnya Waktu Ketika Jalan-jalan
Sebagai cungpret disebuah perusahaan swasta pastinya saya sangat mempunyai waktu yang terbatas untuk menikmati jalan-jalan. masa cuti di perusahaan sekarang ini mah banyak, tapi kalo mau ambil cuti harus diskusi terlebih dahulu sama teman apakah di tanggal cuti saya banyak kerjaan atau tidak. Secara saya bekerja secara tim jadi harus di butuhkan kordinasi jauh-jauh hari sebelum ambil cuti. "cungpret" di sini seperti karyawan gitu sahabat. nah ini ada percakapan saya dan teman kerja yang nitip oleh-oleh

"Ndun lu mudik ya di semarang?"
"iya kenapa"
"gw nitip bandeng presto ya?"
"males ah bawa barang matang gitu takut basi"
"ya, elah ndun bawain kenapa sih, please bawain ya buat makan di kantor ini"
"iye,iye entar di usahakan bawa ya"
"harus dong lu temen gw kan?"
"yadah kalo lu anggap temen gw mana uangnya entar gw bawain bandeng"
"ya elah ndun pakai uang lu dulu kenapa"
"eSiMonyet keturunan mana lagi ini!"

Ya kali sahabat, disaat liburan yang singkat disibuk kan mencari barang titipan kalian. Pengalaman saya mencari oleh-oleh itu menghabiskan waktu sepertiga waktu untuk mencari oleh-oleh. padahal ya, sepertiga waktu biasanya saya gunakan untuk berdoa supaya pada sadar orang-orang yang fakir oleh-oleh kembali kejalan yang benar.

  • Belum Tentu Membawa Uang Banyak
Poin ini perlu di garis bawahin, kalo perlu sahabat print dan ditempel dimana mata kita bisa melihat dan otak kita bisa inget bahwa tidak semua orang yang liburan mempunyai uang banyak. Contohnya saya, karena saya kaum misqueen yang ingin berlibur itu pun saya nabung lama baru bisa liburan. Sampai-sampai ketika saya sudah menemukan tujuan berlibur saya sampai irit makan dan banyak minum supaya bisa berlibur masak kalian main nitip barang saja dan mintak di bayarin.

Ketika liburan, saya pasti membawa uang secukupnya, dan menyisakan sebagian ditabungan yang bisa diambil kapan saya ketika keadaan mendesak. Itu pun kalo masih ada sisa uang, kalo sudah habis buat biaya nyewa gedung dan catring bagaimana? apa kalian saya belikan oleh-oleh dan kalian yang bayar gedung sama catring saya?. Dari pada membelikan oleh-oleh lebih baik uang nya di sumbangkan ke anak yatim dan panti jompo.

  • Oleh-oleh Hanya Ditujukan Orang Yang Spesial
Menurut saya sudah selayaknya, oleh-oleh hanya ditujukan untuk orang yang spesial, untuk mereka yang memiliki arti dalam hidup ini. alangkah lebih baiknya membelikan oleh-oleh ke pada orang tua, sodara kandung dan orang yang kalian anggap spesial.

Beban Moral dan Menambah Beban PikiranKalian sadar tidak sih, jika kita di titipin oleh-oleh dapat membuat beban moral serta nambah beban pikiran bagi temen kita yang pergi liburan. Jika kita pulang tidak membawa sesuatu, dapat menyebabkan rasa bersalah, perasaan tidak enak, di bicarakan netizen di area kerja, dan gangguan psikologis lainya.

Lalu jika begitu bagaimana solusinya? Apakah terpaksa membeli oleh-oleh? Ya, kalaupun terpaksa, paling tidak niatkan ikhla, dan doakan bahwa dengan oleh-oleh yang dibeli, kamu dapat membantu perekonomian lokal sehingga usaha kecil menengah dapat tumbuh.

  • Jalan-Jalan Proses Menyenangkan Diri Sendiri
Perjalanan adalah sebuah proses, di mana kita akan ditantang untuk menggunakan semua aset yang kita punya, semaksimal mungkin, untuk meraih sesuatu yang mungkin bernama kebahagiaan, atau kepuasan batin untuk menyenangkan diri sendiri, bukan orang lain.

Kalau pada akhirnya dengan menyenangkan orang lain, kita dapat bahagia, maka lakukanlah, belilah oleh-oleh yang banyak, dan lupakan apa yang sudah saya tulis ini. Karena bagi saya, kebahagiaanlah yang utama.

Bagi saya, oleh-oleh terbaik yang bisa saya dapat dari seseorang yang pergi jalan-jalan adalah pengalaman yang didapatkannya, cerita yang berapi-api tentang bagaimana dia menikmati perjalanannya dengan mengatasi berbagai tantangan yang ditemuinya. Kisah bagaimana sebuah perjalanan dapat mengubah hidup seseorang, adalah oleh-oleh paling berharga yang bisa saya dapatkan, bukan magnet kulkas, dll.

Nah sahabat tulisan ini " just for fun" tanpa bermaksud menyakiti atau menyindir pihak-pihak tertentu. Jadilah pembaca yang cerdas ya yang baik di ambil sebagai pengalaman yang jelek di buang jauh-jauh

No comments:

Post a Comment